KONSELING PASTORAL
|
Disusun Oleh Kelompok 2
Marlen
Kakisina (1520144014)
Ona
Herlina Derek (1520144015)
JURUSAN PASTORAL KONSELING
SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN PROTESTAN
NEGERI
AMBON
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Konseling adalah suatu disiplin ilmu
non-medis, yang sasarannya adalah (Oates, 1974:9):
a.
Untuk memberi fasilitas dan menimbulkan pertumbuhan
serta perkembangan kepribadian;
b.
Menolong pribadi-pribadi untuk mengubah pola-pola
kehidupan yang menyebabkan mereka mengalami kehidupan yang makin tidak
berbahagia,
c.
Menyediakan suasana persaudaraan dan kebijaksanaan
bagi pribadi-pribadi yang sedang menghadapi kehilangan dan kekecewaan dalam
kehidupan yang tidak dapat dihindari
Sedangkan Konseling
Pastoral merupakan suatu kegiatan spesialisasi di dalam Asuhan Pastoral, yaitu
suatu layanan pertolongan atau kesembuhan dan asuhan melalui perhatian yang
intensif kepada individu maupun kelompok dalam permasalahan kehidupan mereka. Perbedaan
ini bisa diterangkan melalui metoda yang dipakai oleh masing-masing dalam
aktifitasnya.
Tugas
seorang konselor , seperti terdapat dalam pepatah Perancis, Guerir
quelquefois, soulager souvent, consoler toujours, artinya: menyembuhkan
kadang-kadang, mengobati seringkali, menghibur selalu.
B.
Rumusan
Masalah
I.
Bagaimana Konseling Pastoral membantu
orang belajar untuk hidup?
II.
Bagaimana Konseling Pastoral membantu
orang dalam pengembangan kompetensi dalam hubungan antarpribadi?
BAB II
PEMBAHASAN
KONSELING
PASTORAL MEMBANTU ORANG DALAM BELAJAR UNTUK HIDUP DAN MENGEMBANGKAN KOMPETENSI
HUBUNGAN/RELASI ANTAR PRIBADI.
·
Konseling Pastoral Membantu Orang Dalam Belajar Untuk
Hidup (Brister, 1978:102).
Intisari
dosa adalah kesalahan pelaksanaan hidup -- kehilangan makna kehidupan. Seorang
konselor pastoral selalu menyediakan waktunya bagi orang-orang yang mau dengan
sungguh-sungguh belajar untuk hidup. Demikian banyak keputusan kehidupan yang
diambil atas dasar informasi yang sangat miskin, sehingga nilai-nilai religius
yang penting sering terabaikan. Pilihan-pilihan yang besar seperti pekerjaan
seseorang, pasangan hidup rumah tangga, dan bahkan filsafat hidup sering
diputuskan secara tergesa-gesa dan tak disertai nilai religius yang tinggi.
Belajar untuk hidup adalah proses yang terus-menerus berlangsung dari masa
kanak-kanak sampai ajal. Itulah sebabnya orang yang sudah berhasil dalam
melaksanakan kehidupannya di satu hal, masih juga bisa gagal di hal yang lain,
kalau dia tidak belajar terus dalam proses kehidupannya.
·
Konseling Pastoral Membantu Orang Dalam Pengembangan
Kompetesi Hubungan Antarpribadi (Brister, 1978:103)
Dalam
kaitannya dengan salah satu tritugas panggilan gereja, yaitu koinonia,
konseling pastoral mempunyai peranan penting untuk menolong orang dalam
pengembangan kompetensi hubungan antarmanusia. Studi yang dilakukan oleh H.
Richard Niebuhr dan kawan-kawannya yang kemudian dilaporkan dalam sebuah buku
kecil, The Purpose of the Church and Its Ministry, menyimpulkan bahwa
sasaran utama dari gereja adalah, menambah di antara manusia kasih kepada Allah
dan sesamanya. Jadi kalau ada di antara anggota jemaat yang terganggu emosinya,
dia tidak akan sanggup untuk menciptakan suasana cinta kasih dalam hubungan
timbal balik. Kemampuannya untuk mengasihi secara mendalam, lumpuh. Pada
gilirannya hubungan antarpribadi rusak dan koinonia tak tercapai. Banyak orang
yang merasa canggung dalam relasinya dengan orang-orang di sekeliling mereka,
baik itu dengan guru, teman sekolah, teman sekerja, anggota jemaat, dan bahkan
dengan anggota keluarga mereka sendiri. Sikap mereka, cara berbicara, dan
tindakan-tindakan mereka barangkali menjadi penghalang dalam hubungan antar
manusia. Cara hidup yang demikian itu menciptakan kekuatiran dan konflik,
sehingga apa yang dicita-citakan tidak bisa tercapai. Banyak orang, misalnya,
tidak tahu bagaimana mengendalikan kemarahan. Kemarahan yang tak terkendali
akan menghancurkan kompetensi mereka dalam hubungan antarmanusia.
Seorang ibu
rumah tangga yang masih muda yang hidupnya penuh dengan kemarahan, karena
terlalu banyaknya pertengkaran dengan suaminya yang berkepala batu. Ibu
rumahtangga itu ternyata kedapatan mati membunuh diri. Ketika suaminya pulang
dari kerja sore itu, dia mendapatkan mayat isterinya dalam rumahnya. Segera ia
menelpon orangtuanya dan mengatakan bahwa ia mendapatkan isterinya telah
menjadi mayat dan dia juga akan membunuh dirinya. Ketika polisi datang, mereka
mendapatkan kedua orang yang tidak pernah saling mengasihi itu, mati bersama
seperti Romeo dan Juliet.
Apakah yang akan terjadi, andaikata
kedua suami-isteri itu sempat mendapat bimbingan dari seorang yang kompeten
mengenai relasi antarpribadi yang baik? Mereka pasti masih mempunyai
pengharapan untuk dapat mengatasi masalah hubungan mereka yang jelek itu. Tugas
seorang konselor pastoral adalah melayani dan menolong orang dalam proses
penyadaran diri, sehingga memungkinkan seseorang mengurangi ketegangan,
mengatasi konflik dan mengubah hubungan antarpribadi menjadi lebih baik.
BAB III
PENUTUP
1)
Kesimpulan
Dari
materi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa utuk dapat melaksanakan
tugas sebagai sorang konselor dengan baik maka perlu adahnya keterampilan
khusus dari konselor itu agar dapat melihan dan membantu orang yang bermasalah
dengan baik. Seorang konselor menyediakan diri untuk mendengarkan dan menanggapi dengan
pandangan-pandangan yang obyektif dan pribadi/prive. Biasanya konseli ingin
berbicara dengan orang yang bisa dipercaya dan sudah terlatih dalam bidangnya.
2) Saran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar