BAB
I
SEJARAH SINGKAT KESEHATAN MENTAL
A.
Perkembangan
Kesehatan Mental Zaman Pra-Ilmiah
1. Zaman
Purba
Manusia purba memandang
dan merawat penyakit mental sama sepertipenyakit fisik lainnya. Bagi mereka
gigi yang sakit sama saja dengan penyakit gila, karena disebabkan oleh mantera
musuh. Para pendahulu psikolog dan psikiater adalah dukun-dukun yang biasanya
adalah para cendekiawan dalam kelompok masyarakat. Perawatan yang digunakan
antara penyakit mental dan fisik pun sama, seperti menggosok, menjilat,
mengisap, memotong dan membalut atau menggunakan salep, mantra obat keras dan
sihir.
2. Peradaban-Peradaban
Awal
Diantara semua
peradaban sepanjang zaman kuno tersebut (5000 tahun SM sampai 500 tahun M),
penyakit mental mulai menjadi hal yang umum.
-
Babilonia dan Ninive (Mesopotamia)
Penyakit mental
dihubungkan dengan setan-setan, dan pengobatan yang dilakukan ialah dengan
upacara-upacaraagama dan upacara-upacara magis supaya setan keluar dari tubuh
pasien.
-
Mesir
Orang Mesir memiliki
sekolah kedokteran di kuil Imhotep. Di kuil tersebut terdapat sebuah rumah
sakit, dikembangkan terapi untuk pasien dalam bentuk rekreasi dan pekerjaan,
serta diterapkan semacam psikoterapi yang serupa dengan beberapa pendekatan
yang sangat moderen untuk mengobati penyakit mental.
-
Yahudi
Sumber-sumber Alkitab
menunjukan bahwa orang-orang Yahudi mengartikan penyakit mental sebagai hukuman
dari Allah, dan perawatannya hanya dengan cara bertobat kepada-Nya.
-
Persia
Setan-setan dipersalahkan
karena menyebabkan penyakit-penyakit mental dan segala penyakit lain. Kekuatan
tubuh atau fisik yang mencari kenikmatan adalah jahat. Mental yang baik atau
kekuatan jiwa/psikis selalu mencari kesucian, kebajikan dan kebaikan hati.
Dengan demikian, seluruh penekanan ilmu kedokteran mereka terletak pada
cara-cara yang bersifat magis atau keagamaan.
-
Cina, India dan Timur Jauh
Dalam pandangan
orang-orang Cina, gangguan mental dilihat sebagai penyakit yang dianggap
sebagai gangguan proses alam atau ketidakseimbangan antara Yin dan Yang (Kao, 1979). Untuk orang-orang Cina, Yin dan Yang
adalah dua kekuatan dalam alam semesta, baik dan buruk, pria dan wanita,
gelap dan terang, positif dan negatif.Demikian juga orang-orang Hindu memiliki
kekuatan baik dan jahat. Kekuatan baik disebut Vishu, dan berperang
melawan kekuatan jahat yang disebut Shiva.Peradaban-peradaban awal di Timur Jauh dan yang terletak agak ke
Barat, yakni sekitar Laut Tengah, dan yang terdapat mempunyai ciri-ciri yang
sama berkenan dengan penyakit dan kesehatan mental.
-
Afrika
Masyarakat Afrika
berpendapat bahwa gangguan mental disebabkan oleh musuh-musush, roh-roh jahat,
atau dalam beberapa kasus oleh nenek moyang yang marah. Kebanyakan masyarakat
Afrika dewasa ini dan dalam masa lampau memiliki 22 sikap terhadap kesehatan
mental dan penyakit mental. Pertama, mereka
tidak terlalu menganggap jelek terhadap gangguan-gangguan mental dan mereka
relative sabar terhadap anggota-anggota masyarakat yang kalut. Kedua, mereka sangat menghargai para
ahli obat tradisiona; yang memegang fungsipenting dalam merawat orang-orang
yang mengalami gangguan mental dan fisik.
-
Yunani
Sampai sejarah moderen
belakangan ini, sumbangan-sumbangan yang besar terhadap kesehatan fisik dan
mental manusia adalah berasal dari orang-orang Yunani. Di Yunani, ilmu
kedokteran mulai memisahkan diri dari dominasi agama.
-
Roma
Pengetahuan medis di
Roma banyak yang berasal dari orang-orang Yunani yang berpraktek di sana untuk
mencari popularitas dan kekayaan. Dokter-dokter Yunani yang sangat terkenal
ialah Aesclepiades, Aretaeus dan Galenus yang menetap di Roma dan meneruskan
penyelidikan-penyelidikan serta ajaran mereka.
3. Abad
Pertengahan (Abad Gelap)
Di abad ini,
mantra-mantra dianggap sebagai bagian yang sah dari ilmu kedokteran, bahkan
pemakaian dari teknik-teknik yang benar rasional pun harus disertai dengan mengucapkan
mantra.
4. Zaman
Renaissance
Di negara-negara
tertentu di Eropa, suara-suara yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit
mental banyak diteriakan oleh tokoh-tokoh agama, ilmu kedokteran, dan filsafat.
Usaha-usaha mereka digambarkan sebagai “terang dalam kegelapan”.
B.
Perkembangan
Kesehatan Mental Zaman Ilmiah
1. Abad
XVII – Abad XX
Peralihan dari
pendekatan demonologis ke pendekatan ilmiah terhadap penyakit mental tidak
terjadi dalam waktu yang singkat. Misalnya di Paris, hukuman mati bagi tukang
sihir tidak dicabut sampai tahun 1862.
Pada awal abad ke-18,
yang dilihat sebagai “Zaman Rasio”, perhatian dipusatkan pada klasifikasi dan
sistem, suatu hal yang mungkin sama dengan analisis sistem. Kemajuan-kemajuan
dalam ilmu kedokteran fisik dicapai dengan identifikasi, penyelidikan dan usaha
secara rasional untuk mengobati berbagai penbyakit yang sampai saat itu dilihat
sebagai sesuatu yang misterius dan magis.
Di Inggris, Italia, dan
Prancis perjuangan-perjuangan dilancarkan untuk melawan pemasungan dan
pemenjaraan para pasien sakit mental.
2. Psikiater
Pada tahun 1800-an, ada
usaha untuk menolong pasien sakit mental, tetapi pada akhir abad itu
dokter-dokter belum menemukan penyebab, pencegahan, penyembuhan atau perawatan
yang efektif terhadap penyakit mental, meskipun mereka telah mengklasifikasikan
beribu=ribu macam kekalutan mental. Pada akhir abad ini psikiater mulai diakui
sebagai salah satu bidang spesialis kedokteran yang masih berhubungan dengan
neurologi.
3. Gangguan
Mental Tidak Dianggap Sebagai Orang Sakit
Masyarakat menganggap
bahwa orang yang mengalami gangguan mental disebabkan karena mereka dimasuki
oleh roh-roh yang ada di sekitarnya. Mereka dianggap melakukan kesalahan kepada
roh-roh atau menjadi medium roh-roh untuk menyatakan keinginannya. Oleh karena
itu mereka seringkali tidak dianggap sakit, sehingga mereka tidak disingkirkan
atau dibuang, serta masih mendapatkan tempat di tengah masyarakat.
Sejarah kesehatan
mental di Eropa, khususnya di Inggris agak sedikit berbeda. Sebelum abad ke 17,
orang gila disamakan dengan penjahat/kriminal yang harus dimasukan ke dalam
penjara.
Antara tahun 1830-1860,
di negara Inggris timbul optimisme dalam menangani pasien sakit jiwa, karena
telah berkembang teori dan teknik penanganan pasien sakit jiwa. Pada saat itu
telah berkembang bahwa menempatkan pasien di rumah sakit jiwa merupakan
penanganan yang paling tepat dan merupakan cara ilmiah untuk menyembuhkan
kegilaan. Pada tahun 1842, psikiater mulai masuk dan mendapat peranan penting
di rumah sakit.
4. Gangguan
Mental Dianggap Tidak Sakit
Pada tahun 1961, Thomas
Szasz membuat buku dengan dasar teori bahwa sakit mental sebenarnya tidaklah
benar-benar sakit, tetapi merupakan tindakan orang yang secara mental tertekan
karena harus bereaksi terhadap lingkungan.
BAB II
KONSEP DASAR KESEHATAN MENTAL
A.
Definisi
Kesehatan Mental.
Kesehatan
mental merupakan suatu segi atau aspek kesehatan umum. Oleh karena itu, supaya
dapat memahami arti kesehatan mental kita perlu mengetahui terlebih dahulu
paham kesehatan.
Paham Kesehatan
Dalam UU No. 9 tahun
1960 tentang pokok-pokok kesehatan disebutkan bahwa kesehatan ialah yang
meliputi kesehatan badan, rohani (mental), dan sosial, dan bukan hanya keadaan
yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.
Wolrd Health Organization (WHO)
UU sebenarnya berasal
dari WHO yang menyatakan “health is a state of physical mental and social
wellbeing and not merely the absence of diseace of infirmity”. Dalam kesehatan
mental terjalin unsur kesehatan mental dan kesejahteraan sosial. Manusia tidsk
dipandang sebagai unsur yang terlepas dari kehidupan sosial, melainkan dalam
hubungan dengan lingkungan serta sesamanya.
B.
Ruang
Lingkup Kesehatan Mental.
Masalah Kebutuhan Manusia (Human Needs)
Menurut Maslow,
kebutuhan manusia mencakup: (1). kebutuhan badaniah (sandang pangan, dan
papan). Tanpa kesehatan jasmani yang baik, seseorang akan mengalami kesulitan
untuk tumbuh kembang dengan memuaskan. (2). Rasa Aman dan kepastian. Setiap
orang memerlukan sebuah lingkungan yang dirasakan aman baginya, yang teratur dan
tertib. (3). Komunikasi yang baik. Ia butuh persahabatab dan rasa persaudaraan,
ia butuh diajak bicara, butuh bermain dan bergaul. (4). Cinta dan kasih sayang.
Maslow menyebutkan bahwa kalau seorang terapis ingin kliennya tumbuh kembang
maka ia harus sanggup menciptakan suasana penuh perhatian dan rasa sayang,
sehimgga klien merasa dirinya aman dan dihargai.
Usaha Manusia Untuk Memenuhi Kebutuhan
(Perilaku)
Begitu kebutuhan
terpenuhi, terjadilah suatu keseimbangan yang dihayati oleh orang yang
bersangkutan sebagai rasa sejahtera.
Peranan dan Fungsi Kepribadian
Salah satu tugas dan
fungsi utama kepribadian ialah mengusahakan supaya berbagai kebutuhan manusia
terpenuhi. Usaha itu biasanya dihadapkan pada berbagai macam kesulitan dan
hambatan. Usaha dan perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan
disebut penyesuaian diri (adjusment).
C.
Kesimpuan
Kesehatan
mental secara definitifharus diikatkan dalam maknakesehatan secara umum, karena
akan berkaitan dengan kondisi jasmani dan sosial. Keadaan sehat mental dapat
dimaknai secara utuh berupa kondisi yang prima dan berfungsi secara optimal.
Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa orang yang sehat secara mental memiliki
kondisi yang baik, tidak mengalam berbagai gangguan atau masalah, baik dari
aspek kejiwaan maupun aspek sosial. Aspek sosial sangat penting dan menentukan,
karena orang yang sehat mental dapat terlihat dalam relasinya dengan lingkungan
sosial, dan kemampuannya menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungan
sekitar.
Komponen
penting dalam kesehatan mental adalah kepribadian. Ini menentukan bagaiman
seseorang berpikir, bersikap, dan bertingkah laku. Kepribadian berkembang
melalui proses perkembangan, sehingga kepribadian merupakan hasil interaksi
dengan lingkungan. Dalam ilmu kesehatan jiwa, penjelasan kepribadian merujuk
pada teori kepribadian yang dikembangkan olehSigmund Freud. Teorinya yang
terkenal mengenai kepribadian dengan psikoanalisa. Teori ini dikembangkan
berdasarkan pengalamannya sebagai ahli psikoterapi dalam menghadapi pasien-pasiennya.
Dalam
kaitannya dengan lingkungan sosial, orang yang memiliki mental sehat adalah
orang yang mencapai tingkat kesejahteraan sosial yang baik. Mereka adalah orang
yang adjustif (dapat menyesuaikan
diri) dengan lingkungan. Dengan demikian, sehat tidaknya seseorang dapat
dilihat dalam kehidupan sosialnya.
BAB III
ILMU KESEHATAN MENTAL DAN OBJEK
FORMALNYA
A.
Definisi
Ilmu Kesehatan Mental
Ilmu kesehatan
mental adalah ilmu yang memperhatikan perawatan mental atau jiwa. Ilmu
kesehatan mental mempunyaiobjek khusus untuk diteliti dan objek tersebut ialah
manusia. Ilmu kesehatan mental merupakan terjemahan dari istilah mental “hygiene”.
Mental dari kata Latin: “mens, mentis” yang berarti jiwa, nyawa, sukma, roh,
semangat, sedangkan “hygiene” dari
kata Yunani hugiene yang berarti ilmu
tentang kesehatan. Mental hygiene sering juga disebut “psikohygiene”. “Psyche” dari kata Yunani: psucho yang berarti napas, asas kehidupan, hidup, jiwa roh, sukma,
semangat. Mental hygiene menitik
beratkan kehidupan kerohanian, sedangkan psikohygiene menitikberatkan manusia
sebagai totalitas psikofisik atau psikosomatik.
Ilmu kesehatan
mental yaitu ilmu yang membicarakan kehidupan mental manusia dengan memandang
manusia sebagai totalitas psikofisik yang kompleks. Alexander
Schneiders mengatakan bahwa: “ilmu kesadaran mental adalah ilmu yang
mengembangkan dan menerapkan seperangkat prinsip yang praktis dan bertujuan
untuk mencapai dan memelihara kesejahteraan psikologis organisme manusia dan
mencegah gangguan mental serta ketidakmampuan menyesuaikan diri”.
Ilmu ini bersifat preventif dan tujuannya yang utama adalah untuk memelihara
kesehatan dan efisiensi mental.
B.
Pentingnya
Ilmu Kesehatan Mental
Ilmu kesehatan
mental sangat bernilai dalam membantu seseorang untuk memeahami dirinya sendiri
dengan lebih baik. Apabila seseorang memahami dirinya sendiri dengan lebih baik
dan juga menyadari dirinya berharga, maka ia lebih siap untuk menyelami perasaan-perasaan,
emosi-emosi, dan motivasi-motivasi yang dimiliki oleh orang lain. Ia akan
segera menyesuaikan cara hidupnya dengan sesamanya sehinggaia dapat hidup
bersama dengan mereka secara harmonis.
C.
Segi-Segi
Ilmu Kesehatan Mental
Ada tiga cara
yang lazim digunakan dalam meningkatkan kesehatan mental yaitu, pendekatan
preventif, pendekatan terapeutik, dan pendekatan kuratif yang dikenal sebagai
psikiater preventif.
Pendekatan
preventif ilmu kesehatan mental adalah pendekatan yang pertama-tama berusaha
mencegah gangguan-gangguan mental yang ringan dan yang dapat menimbulkan
psikologis-psikologis yang sebenarnya. Terkadang, meskipun ada cara-cara
preventif yang sangat baik, namun beberapa individu mengembangkan
ketidakmampuan yang ringan dalam tingkah lakunya adalah salah satu bidang dari
segi terapeutik ilmu kesehatan mental – perbaikan ketidakmampuan menyesuaikan
diri yang ringan dalam tingkah laku sehingga tidak berkembang menjadi
hambatan-hambatan yang berat. Pendekatan kuratif ilmu kesehatan mental dari
segi ilmu ini mencakup praktek-praktek yang dilakukan untuk menemukan dan
memperbaiki ketidakmampuan menyesuaikan diri yang berat dan tidak memerlukan
perawatan di rumah sakit.
D.
Konsep
Penyesuaian Diri
a.
Arti
penyesuaian diri
Penyesuaian diri
merupakan suatu istilah yang sangat sulit didevinisikan karena (1) penyesuaian
diri mengandung banyak arti, (2) kriteria untuk menilai menyesuaikan diri tidak
dapat dirumuskan secara jelas, dan (3) penyesuaian diri dan lawannya ketidakmampuan
menyesuaikan diri memiliki batas yang sama sehingga akan mengaburkan perbedaan
di antara keduanya. Kita dapat berkata secara sederhana bahwa penyesuaian diri
didefinisikan dengan sejauh mana orang bergaul dengan baik dengan dirinya
sendiri dan dengan orang lain. Bukan semacam tingkah laku yang menentukan
apakah orang dapat menangani proses penyesuaian diri, tetapi cara bagaimana
tingkah laku itu digunakan. Apakah ada tuntutan-tuntutan dari dalam atau
stres-stres dari lingkungan dihadapai dengan berdoa, kenakalan/kejahatan,
simtom-simtom neurotik dan psikotik, tertawa, gembira, atau permusuhan.
b.
Penyesuaian
diri sebagai adaptasi
Penyesuaian diri
disamakan dengan adaptasi, yaitu suatu proses di mana organisme yang agak
sederhana memeatuhi tuntutan-tuntutan lingkungan. Erich Fromm mengemukakan
konsep adaptasi yang menarik dan berguna yang mendekati ide penyesuaian diri.
Fromm membedakan apa yang dinamakannya adaptasi statis dan adaptasi dinamik. Ia
menggunakan adaptasi statis untuk menyebut perubahan kebiasaan yang relatif
sederhana. Sedangkan adaptasi dinamik adalah situasidi mana seseorang menerima
hal-hal meskipun menyakitkan.
c.
Penyesuaian
diri dan individualitas
Dalam mendefinisikan
penyesuaian diri kita tidak boleh melupakan perbedaan-perbedaan individual.
Sering kali norma-norma sosial dan budaya begitu kaku untuk dituruti dengan
baik.
d.
Penyesuaian
diri sebagai penguasa
Penyesuaian diri yang
baik kelihatannya mengandung suatu tingkat penguasaan, yaitu kemampuan untuk
merencanakan dan mengatur respons-respons pribadi sedemikian rupa sehingga
konflik-konflik, kesulitan-kesulitan, dan frustasi-frustasi akan hilang dengan
munculnya tingkah laku yang efisien atau yang menguasai.
e.
Devinisi
penyesuaian diri
Dari segi pandang
psikologi, penyesuaian diri memiliki banyak arti, seperti pemuasaan kebutuhan,
keterampilan dalam menangani frustasi dan konflik, ketenangan pikiran/jiwa atau
bahkan pembentukan simtom-simtom. Jadi kita dapat mendefinisikan dengan sangat sederhana,
yaitu suatu proses yang melibatkan respons-respons mental dan tingkah laku yang
menyebabkan individu berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan,
tegangan-tegangan, frustasi-frustasi dan konflik-konflik batin serta
menyelaraskan tuntutan-tuntutan batin ini dengan tuntutan-tuntutan yang
dikenakan kepadanya oleh dunia di mana ia hidup.
f.
Konsep
penyesuaian diri yang baik
Orang yang dapat
menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang memiliki respons-respon matang,
efisien, memuaskan dan sehat. Sebaliknya, orang yang neurotik adalah orang yang
sangat tidak efisien dan tidak pernah menangani tugas-tugas secara lengkap.
Orang yang menyesuaikan diri dengan baik dapat bereaksi secara efektif terhadap
situasi-situasi yang berbeda, dapat memecahkan konflik-konflik dan
masalah-masalahtanpa menggunakan tingkah laku somtomatik.
g.
Penyesuaian
diri adalah relatif
Penyesuaian diri itu
harus dinilai berdaasarkan kapasitas individu untuk mengubah dan menanggulangi
tuntutan-tuntutan yang dihadapi, dan kapasitas ini berbeda-beda menurut
kepribadian dan tingkat perkembangan. Penyesuaian diri yang baik harus
didefinisikan menurut penanganan masalah yang sesuai dengan tingkat
perkembangan – seorang individu mungkin dikatakan mampu menyesuaiakn diri
dengan baik pada usia tertentu, tetapi mungkin pada usia lain ia tidak mampu
menyesuaikan diri. Penyesuaian juga bersifat relatif karena berbeda-beda
menurut norma-norma sosial dan budaya serta individu itu sendiri berbeda-beda
dalam bertingkah laku.
h.
Penyesuaian
diri vs moralitas
Keputusan untuk menilai
bukan sesuatu yang khas bagi bidang ilmu moral atau etika. Kemampuan
menyesuaiakn diri tidak dapat disamamakn dengan kebajikan atau ketidakmampuan
menyesuaiakan diri disamakan dengan dosa. Tetapi sering kali terjadi bahwa
imoralitas merupakan akar dari ketidakmampuan menyesuaikan diri dan sudah pasti
penyesuaian diri yang sehat dalam pengertian yang sangat luas harus mencakup
kesehatan moral. Tetapi jika ciri dari penyesuaian diri itu baik, maka hal ini
dipandang dari segi psikologi bukan dari segi moral atau etika.
E.
Kriteria
Penyesuaian Diri
a.
Kriteria
dan kodrat penyesuaian diri
Levine mengatakan bahwa
“devinisi mengenai normalitas dalam arti rata-rata harus dilengkapi dengan
definisi normalitas dalam arti sehat, bahagia, berfungsi dengan baik, dan
matang”. Kriteria penyesuaian diri dan kesehatan mental dapat didefinisikan
sebagai ukuran-ukuran (norma-norma atau standar penilaian) yang digunakan untuk
menentukan kualitas dan juga tingkat penyesuaian diri pribadi atau sosial bagi
setiap individu.
b.
Kriteria
umum vs kriteria khusus penyesuaian diri
Kita telah melihat
bahwa penyesuaian diri pertama-tama adalah konformitas terhadap norma
psikologis dan bukan terhadap norma moral, dan norma psikologis ini dapat
dianggap sebagai kriteria umum penyesuaian diri. Ini berarti respons-respons
yang menyesuaikan diri dapat dinilai sehat atau tidak sehat dengan
membandingkannya dengan apa yang dilakukan orang itu berkenan dengan kodratnya
dan hubungannya dengan orang lain.
c.
Kriteria
yang berkenan dengan diri sendiri
Pengetahuan tentang
diri sendiri memerlukan perincian yang baik tentang kekuatan dan kelemahan kita
sendiri. Pemahaman diri sendiri juga berarti kesadaran akan motivasi dasar dan
pengaruh dari motivasi tersebut pada pemikiran dan tingkah laku. Penyesuaian
diri sendiri dapat menyebabkan “objektivitas” dan akhirnya “peneriamaan diri
sendiri”, dua kualitas tambahan yang dipakai untuk menilai penyesuaian diri.
Penerimaan diri adalah lawan dari pengasingan diri dan penurunan martabat diri
sendiri yang sering ditemukan pada pasien neurotik. Menerima diri sendiri pada
dasarnya merupakan langkah pertama menuju perbaikan diri.
d.
Kriteria
yang berkenan dengan orang lain
Salah satu kriteria
yang sangat penting adalah perasaan tanggung jawab. Orang yang menyesuaikan
diri dengan baik, yang menikmati semangat hidup walaupun mengalami segi-segi
hidup yang sedikit berat, tetapi menerima tanggung jawab. Kematangan respons
merupakan kriteria yang sangat penting bagi penyesuaian diri yang efektif.
Penyesuaian diriyang baik memerlukan kematangan dalam setiap bagian tingkah
laku manusia, termasuk bidang sosial, emosional, moral dan agama. Jika terjadi
kegagalan atau cacat pada salah satu bidang tersebut, maka mungkin akan terjadi
ketidakmampuan menyesuaikan diri.
e.
Kriteria
yang berkenan dengan pertumbuhan pribadi
Setiap langkah dalam
proses pertumbuhan dari masa bayi sampai masa dewasa harus menjadi kemajuan
tertentu ke arah kematangan yang lebih besar dalam pikiran, emosi, sikap, dan
tingkah laku. Pertumbuhan pribadi tergantung pada skala adekuat dan tujuan yang
ditetapkan dengan baik, kriteria yang selalu dapat digunakan seseorang untuk
menilai penyesuaian diri. Seperangkat nilai yang akan menentukan apakah
kenyataan itu bersifat mengancam, bermusuhan, sangat kuat, atau tidak patut
menyesuaikan diri denganya. Penyesuaian diri memerlukan penangana yang efektif
terhadap masalah dan stres yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, dan
pemecahan masalah dan stres itu akan ditentukan oleh nilai-nilai yang kita bawa
berkenan dengan situasi itu. Kriteria yang terakhir untuk menilai penyesuaian
diri adalah sikap terhadap kenyataan. Penyesuaian diri yang baik memerlukan
sikap yang sehat dan realistik yang menyanggupi seseorang untuk menerima
kenyataan sebagaimana adanya bukan sebagaimana yang diharapkan atau diinginkan.
Sikap yang sehat terhadapa masa lampau, masa sekarang, dan masa depan sangat
penting untuk penyesuaian diri yang sehat.
F.
Konsep
Kesehatan Mental
a.
Arti
kesehatan mental
Kesehatan mental adalah
kunci untuk penyesuaian diri yang sehat. Meskipun psikologi penyesuaian diri
sama dengan ilmu kesehatan mental, namun istilah penyesuaian diri dan kesehatan
mental itu sendiritidak sama. Jangkauan dari pengertian penyesuaian diri adalah
lebih luas daripada kesehatan mental. Di sini, kita mengemukakan contoh yang
jelas tentang hhubungan antara ketidakmampuan menyesuaikan diri dan penyakit
mental. Reaksi-reaksi seperti suka membantah, kecewa dan sikap bermusuhan
adalah simtom-simtom mental dari konflik dan frustasi-frustasi yang sangat
dalam, sama halnya juga dengan otot yang sakit, kelelahan atau sakit kepala
merupakan tanda dari suatu infeksi. Dapat dikatakan secara sederhana bahwa
kesehatan mental berarti bebas dari simtom-simtom yang melumpuhkan dan mengganggu,
yang merusak efisiensi mental, kestabilan emosi atau ketenangan pikiran.
b.
Kesehatan
mental dan efisien mental
Konsep efisiensi
mempunyai arti sendiri yakni penggunaan kapasitas-kapasitas untuk mencapai
hasil sebaik mungkin dalam keadaan yang ada pada waktu itu. Efisiensi mental
adalah penggunaan kapasitas-kapasitas kita secara efektif untuk mengamati,
membayangkan, belajar, berpikir, memilih dan juga mengembangkan terus-menerus
fungsi-fungsi mental sampai ke suatu tingkat efisiensi yang lebih tinggi.
Bentuk tertinggi efisiensi mental kemudian memerlukan kesehatan mental. Prasangka,
permusuhan, proyeksi atau kecemasan yang sangat dalam menyebabkan seseorang
tidak dapat mengatur dan mengendalikan pikirannya yang sangat dibutuhkan untuk
efisiensi mental.
c.
Devinisi
kesehatan mental
Kesehatan mental adalah
terhindarnya individu dari simtom-simtom neurosis dan psikologis. Untuk dapat
menyesuaikan diri dengan diri sendiri orang harus menerima dirinya sebagaimana
adanya, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Di samping itu, orang harus
berusaha mengenal, memahami, dan menilai orang lain secara objektif. Orang
harus mengenal keistimewaan orang lain disamping kekurangan atau kelemahannya.
Selanjutnya orang harus menyadari bahwa dirinya tidak hidup terlepas dari
masyarakat atau lingkungan di mana ia hidup dan untuk itu ia harus mengetahui
dan hidup dengan norma-norma, peraturan-peraturan, adat-istiadat yang dimiliki
masyarakat atau lingkungan itu.
G.
Kriteria
Kesehatan Mental
a.
Efisiensi mental
Efisiensi dapat
digunakan untuk menilai kesehatan mental. Tentu saja kepribadian yang mengalami
gangguan emosional, neurotik, atau tidak adekuat sama sekali tidak memiliki
kualitas ini.
b.
Pengendalian
dan integrasi pikiran dan tingkah laku
Pengendalian yang
efektif selalu merupakan salah satu tanda yang pasti dari kepribadian yang
sehat. Ini berlaku terutama bagi proses mental. Berkhayalsecara berlebihan. Hal
yang juga penting bagi kesehatan mental adalah integrasi pikiran dan tingkah
laku, suaatu kualitas yang biasanya diidentifikasikan sebagai integritas
pribadi.
c.
Integrasi
motif-motif serta pengendalian konflik dan frustasi
Konflik yang hebatbisa
muncul apabila motif-motif tidak terintegrasi. Kecenderungan-kecenderungan yang
bertentangan harus diintegrasikan antara satu dengan yang lainnya jika
konflik-konflik dan frustasi itu dikendalikan.
d.
Perasaan-perasaan
dan emosi-emosi yang positif dan sehat
Integrasi yang
dibutuhkan bagi kesehatan mental dapat ditunjang oleh perasaan-perasaan positif
dan demikian juga sebaliknya perasaan-perasaan negatif dapat mengganggu atau
bahkan merusak kestabilan emosi.
e.
Ketenangan
dan kedamaian pikiran
Apabila ada
keharmonisan emosi, perasaan positif, pengendalian pikiran dan tingkah laku,
integrasi motif-motif maka akan muncul ketenangan mental.
f.
Sikap-sikap
yang sehat
Sikap-sikap mempunyai
kesamaan dengan perasaan-perasaan dalam hubungannya dengan kesehatan mental.
Dalam perjumpaan kita dengan kepribadian-kepribadian yang tidak dapat
menyesuaikan diri atau kalut, kita selalau teringat betapa pentingnya
mempertahankan pandangan yang sehat terhadap hidup, orang-orang, pekerjaan atau
kenyataan.
g.
Konsep
diri yang sehat
Perasaan-perasaan diri
yang tidak adekuat, tidak berdaya, rendah diri, tidak aman atau tidak berharga
akan mengurangi konsep diriyang adekuat. Kondisi ini akan mengganggu hubungan
antara diri dankenyataan sehingga akan menjadi lebih sulit menemukan kriteria
lain dalam kesehatan mental.
h.
Identitas
ego yang adekuat
Menurut White
“identitas ego adalah diri atau orang di mana ia merasa menjadi dirinya sendiri”.
Dalam perjuangan yang tak henti-hentinya untuk menanggulangi tuntutan-tuntutan
dari diri dan kenyataan dan untuk manangani secara tegas ancaman-ancaman,
frustasi-frustasi, dan konflik-konflik, maka kita harus berpegang teguh pada
identitas kita sendiri.
i.
Hubungan
yang adekuat dengan kenyataan
Dalam menilai kesehatan mental, kita
menemukan sesuatau yang sangat serupa dengan orientasi, yakni konsep kontak,
meskipun dua istilah tersebut tidak memiliki arti yang persis sama. Orientasi
mengacu secara khusus pada sikap seseorang terhadap kenyataan, sedangkan kontak
mengacu pada cara bagaimana atau sejauh mana seseorang menerima kenyataan –
menolaknya atau melarikan diri daripadanya.
H.
Normalitas
Dan Abnormalitas
a.
Normalitas
dan abnormalitas menurut patologi
Dipandang dari segi patologik, seseorang
dikatakan normal kalau ia bebas dari simtom-simtom penyakit. Patologi menujukan
suatu penyakit atau abnormalitas. Detak jantung yang sangat cepat, temperatur
tubuh 39o Celsius, borok atau TBC dipandang sebagai tanda-tanda
adanya patologi dan dengan demikian dianggap abnormal darisegi pandang medis.
b.
Pandangan
psikologi tentang normalitas dan abnormalitas
Penyesuaian diri yang baik adalah tipe
respons yang sesuai dengan kodrat atau kapasitas manusia,yang memajukan hubungan
yang sehat dengan sesama manusia. Tingkah laku itu adalah sehat, memuaskan, dan
matang. Masing-masing kualitas ini berasal dari kodrat manusia dan hubungannya
dengan kenyataan, ukuran ini bersifat psikologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar