Rabu, 18 Oktober 2017

Konseling Pastoral Untuk Hidup




KONSELING PASTORAL
 



Disusun Oleh Kelompok 2
Marlen Kakisina (1520144014)
Ona Herlina Derek (1520144015)






JURUSAN PASTORAL KONSELING
SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN PROTESTAN NEGERI
AMBON
2017


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Konseling adalah suatu disiplin ilmu non-medis, yang sasarannya adalah (Oates, 1974:9):
a.       Untuk memberi fasilitas dan menimbulkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian;
b.      Menolong pribadi-pribadi untuk mengubah pola-pola kehidupan yang menyebabkan mereka mengalami kehidupan yang makin tidak berbahagia,
c.       Menyediakan suasana persaudaraan dan kebijaksanaan bagi pribadi-pribadi yang sedang menghadapi kehilangan dan kekecewaan dalam kehidupan yang tidak dapat dihindari
Sedangkan Konseling Pastoral merupakan suatu kegiatan spesialisasi di dalam Asuhan Pastoral, yaitu suatu layanan pertolongan atau kesembuhan dan asuhan melalui perhatian yang intensif kepada individu maupun kelompok dalam permasalahan kehidupan mereka. Perbedaan ini bisa diterangkan melalui metoda yang dipakai oleh masing-masing dalam aktifitasnya.
Tugas seorang konselor , seperti terdapat dalam pepatah Perancis, Guerir quelquefois, soulager souvent, consoler toujours, artinya: menyembuhkan kadang-kadang, mengobati seringkali, menghibur selalu.

B.     Rumusan Masalah
                               I.            Bagaimana Konseling Pastoral membantu orang belajar untuk hidup?
                            II.            Bagaimana Konseling Pastoral membantu orang dalam pengembangan kompetensi dalam hubungan antarpribadi?





BAB II
PEMBAHASAN

KONSELING PASTORAL MEMBANTU ORANG DALAM BELAJAR UNTUK HIDUP DAN MENGEMBANGKAN KOMPETENSI HUBUNGAN/RELASI ANTAR PRIBADI.
·         Konseling Pastoral Membantu Orang Dalam Belajar Untuk Hidup (Brister, 1978:102).
Intisari dosa adalah kesalahan pelaksanaan hidup -- kehilangan makna kehidupan. Seorang konselor pastoral selalu menyediakan waktunya bagi orang-orang yang mau dengan sungguh-sungguh belajar untuk hidup. Demikian banyak keputusan kehidupan yang diambil atas dasar informasi yang sangat miskin, sehingga nilai-nilai religius yang penting sering terabaikan. Pilihan-pilihan yang besar seperti pekerjaan seseorang, pasangan hidup rumah tangga, dan bahkan filsafat hidup sering diputuskan secara tergesa-gesa dan tak disertai nilai religius yang tinggi. Belajar untuk hidup adalah proses yang terus-menerus berlangsung dari masa kanak-kanak sampai ajal. Itulah sebabnya orang yang sudah berhasil dalam melaksanakan kehidupannya di satu hal, masih juga bisa gagal di hal yang lain, kalau dia tidak belajar terus dalam proses kehidupannya.
·         Konseling Pastoral Membantu Orang Dalam Pengembangan Kompetesi Hubungan Antarpribadi (Brister, 1978:103)
Dalam kaitannya dengan salah satu tritugas panggilan gereja, yaitu koinonia, konseling pastoral mempunyai peranan penting untuk menolong orang dalam pengembangan kompetensi hubungan antarmanusia. Studi yang dilakukan oleh H. Richard Niebuhr dan kawan-kawannya yang kemudian dilaporkan dalam sebuah buku kecil, The Purpose of the Church and Its Ministry, menyimpulkan bahwa sasaran utama dari gereja adalah, menambah di antara manusia kasih kepada Allah dan sesamanya. Jadi kalau ada di antara anggota jemaat yang terganggu emosinya, dia tidak akan sanggup untuk menciptakan suasana cinta kasih dalam hubungan timbal balik. Kemampuannya untuk mengasihi secara mendalam, lumpuh. Pada gilirannya hubungan antarpribadi rusak dan koinonia tak tercapai. Banyak orang yang merasa canggung dalam relasinya dengan orang-orang di sekeliling mereka, baik itu dengan guru, teman sekolah, teman sekerja, anggota jemaat, dan bahkan dengan anggota keluarga mereka sendiri. Sikap mereka, cara berbicara, dan tindakan-tindakan mereka barangkali menjadi penghalang dalam hubungan antar manusia. Cara hidup yang demikian itu menciptakan kekuatiran dan konflik, sehingga apa yang dicita-citakan tidak bisa tercapai. Banyak orang, misalnya, tidak tahu bagaimana mengendalikan kemarahan. Kemarahan yang tak terkendali akan menghancurkan kompetensi mereka dalam hubungan antarmanusia.
Seorang ibu rumah tangga yang masih muda yang hidupnya penuh dengan kemarahan, karena terlalu banyaknya pertengkaran dengan suaminya yang berkepala batu. Ibu rumahtangga itu ternyata kedapatan mati membunuh diri. Ketika suaminya pulang dari kerja sore itu, dia mendapatkan mayat isterinya dalam rumahnya. Segera ia menelpon orangtuanya dan mengatakan bahwa ia mendapatkan isterinya telah menjadi mayat dan dia juga akan membunuh dirinya. Ketika polisi datang, mereka mendapatkan kedua orang yang tidak pernah saling mengasihi itu, mati bersama seperti Romeo dan Juliet.
Apakah yang akan terjadi, andaikata kedua suami-isteri itu sempat mendapat bimbingan dari seorang yang kompeten mengenai relasi antarpribadi yang baik? Mereka pasti masih mempunyai pengharapan untuk dapat mengatasi masalah hubungan mereka yang jelek itu. Tugas seorang konselor pastoral adalah melayani dan menolong orang dalam proses penyadaran diri, sehingga memungkinkan seseorang mengurangi ketegangan, mengatasi konflik dan mengubah hubungan antarpribadi menjadi lebih baik.









BAB III
PENUTUP
1)      Kesimpulan
Dari materi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa utuk dapat melaksanakan tugas sebagai sorang konselor dengan baik maka perlu adahnya keterampilan khusus dari konselor itu agar dapat melihan dan membantu orang yang bermasalah dengan baik. Seorang konselor menyediakan diri untuk mendengarkan dan menanggapi dengan pandangan-pandangan yang obyektif dan pribadi/prive. Biasanya konseli ingin berbicara dengan orang yang bisa dipercaya dan sudah terlatih dalam bidangnya.
2)      Saran





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar